Problematika PAUD Pendidikan Anak Usia Dini
Pendahuluan
Ketika sepasang kekasih dipertemukan oleh Allah SWT. Dalam bingkai pernikahan yang suci, salah satu harapan yang mereka impikan adalah memiliki anak-anak yang sehat dan lucu, kemudian anak-anak ini diharapkan akan tumbuh terus menjadi anak-anak yang cerdas dan saleh.
Setelah kelahiran anak orang tua pun sibuk memberikan segala yang terbaik bagi putra putri tercintanya, mendendangkan lagu merdu, membelai dengan penuh kasih sayang, menunjukkan gambar aneka warna atau boneka boneka lucu. Semua ini dilakukan agar bayi tumbuh senang dan bahagia, juga agar ia berkembang menjadi anak yang cerdas dan pintar.
Pada saat anak-anak sudah mulai bisa bersosialisasi, maka orang tua pun meningkatkan perhatianya kepada anak-anak mereka dengan beramai ramai menyekolahkan putra putri mereka yang balita ini, entah ditaman penitipan anak, kelompok bermain, atau taman kanak-kanak. Semua disesuaikan dengan usia masing-masing, sekali lagi semua ini disesuaikan dengan tujuan agar anak tumbuh menjadi lebih cerdas dan kreatif sehingga kelak mereka akan tampil sebagai anak anak yang unggul dimasa depan. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan kita sekarang ialah, apakah semua yang telah dilakukan oleh para orang tua terhadap anaknya tersebut dapat dibenarkan ? pada dasarnya semua ini sudah benar dalam arti bahwa suatu potensi unggul yang dimiliki oleh anak tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya intervensi lingkungan.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan usia dini saat ini sudah semakin marak dimana-mana, selain masyarakat luas pemerintah pun tampaknya cukup memberikan perhatian yang serius dalam hal ini , antara lain dengan membentuk bidang khusus mengenai anak usia dini di beberapa departemen, bahkan tak kurang departemen pendidikan nasional saat ini juga menambahkan adanya direktorat pendidikan anak usia dini dibawah dirjen pendidikan luar sekolah dan pemuda guna memberikan perhatian yang lebih besar pada lembaga lembaga pendidikan prasekolah yang ada.
Melalui DEPDIKNAS dan DEPSOS, pemerintah juga mengeluarkan panduan yang cukup jelas mengenai Cara-cara penyelenggaraan terhadap pendidikan prasekolah, baik itu Play group/taman bermain, maupun taman kanak-kanak, oleh karena itu hingga saat ini sudah ribuan pendidikan prasekolah tersebar di seluruh tanah air, walaupun demikian masih banyak diantara kita yang tidak mengetahuinya, sehingga dalam makalah ini penulis membahas tentang Hakikat pendidikan anak usia dini atau lebih dikenal dengan singkatan PAUD, Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini, Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini, teori yang sering dipakai dalam Pendidikan Anak Usia Dini, Alternatif Program Pendidikan anak Usia dini, dan sebagai akhir dari makalah ini akan penulis akhiri dengan problematika Pendidikan anak Usia Dini serta kesimpulan.
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan adalah usaha yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah manusia kearah yang di inginkan. Secara tegas dapat dikatakan jika selama proses pendidikan berlangsung tidak terjadi perubahan dalam perilaku anak, ,aka gagallah pendidikan itu. Proses perubahan dalam pendidikan anak usia dini dapat dilakukan melalui proses pembimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan agar anak benar benar dapat memiliki pengetahuan, sikap dan berbagai ketrampilan motorik yang berguna bagi kehidupannya kini dan akan datang. Nasional Association In Education for Young Children ( NAEYC ), memberi batasan anak usia dini adalah mereka yang berada pada rentang usia lahir sampai 8 tahun. Hal tersebut di atas sejalan dengan hasil konferensi UNESCO di Dakkar tentang batasan anak usia dini. Berdasarkan hasil rancangan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 29 dituliskan bahwa Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, Nonformal, dan atau Informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK),
Raudhatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau berbentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan Informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Sedangkan Sujiono menjelaskan lebih lanjut bahwa anak usia dini adalah sekelompok anak yang berusia 0-8 tahun yang memiliki berbagai potensi genetik dan siap untuk ditumbuhkembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan.
Sebagai kesimpulan awal dapat dijelaskan bahwa Pendidikan anak Usia Dini adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk menciptakan suatu intreraksi yang edukatif pada anak usia dini yang berusia 0-8 tahun serta memberikan kemungkinan berkembangnya berbagai potensi kearah yang lebih optimal. Interaksi edukatif yang diciptakan dirancang dengan menggunakan program yang terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk membantu tumbuh kembang potensi anak secara optimal. Melalui berbagai interaksi edukatif tersebut diharapkan segala potensi tersembunyi yang dimiliki anak akan teraktualisasi dan menunjukkan perkembangan/ perubahan kearah yang lebih maju atau Progresif.
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Berdasarkan pendapat berbagai ahli pendidikan yang meyakini betapa pentingnya memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini, berikut akan diuraikan pendapat para ahli tentang hal tersebut:
Hurlock mengatakan bahwa semua anak yang baru lahir adalah tidak berdaya sehinggga membutuhkan bantuan orang dewasa untuk tumbuh dan berkembang, termasuk belajar. Ketidakberdayaan ini dicirikan dengan belum berkembangnya keadaan tubuh dan sistem saraf, ketidakmampuan mengendalikan kegiatan motorik, ketidakmampuan untuk berkomunikasi dan ketidakmampuan untuk belajar, selanjutnya ia mengatakan bahwa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini adalah menciptakan interaksi edukatif yang diarahkan bagi perkembangan optimal seluruh potensi yang dimiliki anak.
Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya, hal ini berarti perkembangan berbagai potensi melalui interaksi edukatif diharapkan akan dapat menjadi kerangka dasar (Foundation) bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya serta bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, atau dengan perkataan lain membangun kerangka dasar pada anak usia dini dapat diibaratkan dengan membangun sebuah gedung bertingkat, dimana untuk mendapatkan bangunan yang kokoh,kuat dan tahan terhadap berbagai guncangan serta yang paling pentig tidak akan cepat ambruk, maka dibutuhkan fondasi yang juga kokoh dan kuat untuk menopang bangunan yang ada diatasnya. Demikian pula halnya dengan anak anak yang memiliki kerangka dasar dan penopang bagi perkembangan anak memasuki pendidikan lanjutan, berkarir maupun hidup di masyarakat kelak.
Janet Doman dalam Dryden dan Vos mengatakan: A Baby is born into world in which, essentially he is blind, cant hear Very well and his sensation is far from perfect. And that very uncomfortabelly place for a baby to be. He is triying to figure out: Where am I ?, Whats going on ?, whats gonna happen next ?because he cant see, he cant hear, and he cant feel very well. So I thing the job of parent is clear, to give anough Visual, auditory and tactile stimulation so that the baby get out of this dilemma of not being able to see, hear and feel.
Langeveld dalam napitupulu mengatakan bahwa manusia adalah Animal educandum atau hewan yang dapat di didik, maka ia akan tetap sama dengan monyet atau hewan lainya, artinya tiada perubahan tingkah laku dan ia akan mendasarkan segala tindak tanduknya melulu atas dasar naluri (Instinct) berdasarkan beberapa pendapat tersebut, jelaslah bahwa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini adalah agar anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya melalui berbagai pemberian rangsangan dari orang dewasa dan atau lingkungan sekitar. Hal itu berarti bahwa pendidikan bagi anak usia dini adalah mutlak diberikan agar mereka dapat mencapai taraf kemanusiaanya. Dengan perkataan lain layanan pendidikan bagi anak usia dini menjadi penting agar anak dapat menjadi manusia yang memiliki derajat kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai Khalifah dimuka bumi.
Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Pemberian layanan pendidikan anak usia dini memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
Fungsi adaptasi dan sosialisasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri dan juga membantu anak agar ia memiliki Ketrampilan-ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulanya di masyarakat.
Fungsi Pengembangan, berkaitan dengan peranan pendidikan anak usia dini dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. setiap unsur yang dimiliki oleh oleh anak membutuhkan suatu situasi dan lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri dan lingkunganya.
Fungsi bermain, yakni peranan pendidikan anak usia dini dalam memberikan kesempatan pada anak untuk bermain. Melalui bermain anak akan senang gembira mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
Fungsi ekonomik, yakni bahwa pendidikan yang terencana pada anak usia dini merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih bagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (The Golden Age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda. Secara ekonomik, investasi yang ditanamkan melalui pemenuhan fondasi sikap, perilaku dan berbagai fungsi mental pada anak usia dini akan menjadi penopang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan dimasa berikutnya, melalui fondasi inilah anak-anak akan dapat menghadapi masa depanya dengan perbekalan yang cukup kuat dan banyak sehingga ia dapat mengatasi berbagai permasalahan yang akan dihadapinya.
Teori yang sering dipakai dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Teori Multikecerdasan
Pada Tahun 1983, Howard Gardner mengemukakan Teori yang disebut sebagai multiple intelegences dalam bukunya Frames of Mind. Teori ini mengatakan, ada banyak cara belajar. Umumnya anak-anak dapat menggunakan intelegensinya yang berbeda untuk mempelajari sebuah ketrampilan atau konsep. Sebagai contoh, dalam belajar tentang pohon dan tumbuhan, seorang anak mungkin akan menempelkan daun-daunan kelenganya, menempelkan kertas coklat ke kakinya sebagai batang pohon, lalu mengayun ayunkan lenganya seperti pohon yang sedang di tiup angin, disudut lain, seorang anak lain belajar dengan mengamati buku yang gambarnya dapat dimainkan, digerakkan naik turun, anak tersebut melihat dan meraba setiap bagian dari gambar di dalam buku tersebut dengan seksama. Kedua anak tersebut dapat menyerap informasi tentang p[ohon dan tumbuhan tetapi cara yang mereka lakukan berbeda, yang disesuaikan dengan gaya belajarnya masing-masing, anak pertama lebih muda mendapat informasi dengan terlibat secara fisik dalam proses pembelajaranya itu. Sedangkan anak kedua untuk memahaminya perlu meraba dan merasakanya.
Saat ini teori multikecerdasan sering digunakan oleh para pendidik, baik orang tua dirumah maupun guru disekolah. Sebenarnya dalam beberapa hal orng tua ataupun guru mengetahui secara naluriah bahwa anak-anak belajar dengan cara-cara dan gaya yang berbeda beda, hal ini dapat diketahui dari ketertarikan satu anak dengan anak lainya terhadap suatu aktifitas, ada anak yang menunjukkan keantusiaasan yang tinggi ada juga anak yang terlihat seperti tidak memiliki gairah untuk melakukanya.
Model Pembelajaran Sentra
Filosofi dari pembelajaran sentra berasal dari berbagai ahli psikologi perkembangan yang telah mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakanya program klasikal, tetapi menggunakan sentra sentra sebagai tempat untuk belajar, sedangkan program pembelajaran yang digunakan dalam model sentra ini mengadopsi dan mengembangkan teori yang dikembangkan oleh Jean Piagget, Lev Vigotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Para ahli Psikologi tersebut percaya bahwa ada empat unsur atau konsep dasar yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu
1- Teori Pengetahuan ( Theory of Knowledge )
2- Teori Perkembangan ( Theory of Development )
3- Teori Belajar ( Theory of Learning )
4- Teori Pembelajaran ( theory of intruction )
Masing masing akan dijelaskan sebagaimana berikut:
Teori Pengetahuan ( Theory of Knowledge )
Piagget Mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya memiliki tiga jenis pengetahuan, ketiga jenis pengetahuan ini disebut teori pengetahuan ( Theory of Knowledge ) yang lebih dikenal dalam pengaplikasianya dengan pengetahuan diri (Self Knowledge), yaitu pengetahuan yang harus dimilki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya. Tiga pengetahuan tersebut adalah:
Pengetahuan fisik (Physical Knowledge)
Pengetahuan logika Matematika (Logica Mathematikal Knowledge)
Pengetahuan sosial (Social knowledge)
Teori Perkembangan ( Theory of Development )
Manusia memiliki pola perkembangan dan karakteristik dari bayi hingga dewasa, para ahli pshikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembanganya memiliki karakteristik tertentu, perkembangan manusia dalam hidupnya meliputi: Perkembangan Kognitif, Bahasa, Psikomotorik dan Afektif. Anak usia 3-4 tahun perlu membangun keterampilan sosialnya agar dapat bermain dengan anak lainya, memecahkan bahasa untuk memecahkan masalah, anak juga membutuhkan banyak kesempatan untuk mencoba berbagai hal baru untuk dieksplorasi.
Teori Belajar ( Theory of Learning )
Sesuai dengan program pendidikan bagi anak usia dini, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan diatas dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (Learning by playing).
Teori Pembelajaran (theory of intruction )
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak, perogram ini memberikan kesempatan pada anak untuk bermain dan mengeksplorasi permainanya seluas luasnya sesuai dengan tahapan dan perkembangan yang dimiliki oleh individu masing masing anak. Program pendidikan dengan pendekatan bermain ini diambil dari cara anak bermain itu sendiri. Ada tiga cara anak bermain yang telah diamati oleh. Piagget,Vygotsky, Erickson, Anna Freud dan Smilansky, sesuai dengan teori pengetahuan ( Theory of Knownledge) yang nantinya menjadi pengetahuan seseorang (self Knowledge) tiga unsure bermain yang muncul padsa diri anak, yaitu:
1- Permainan sensimotor dan fungsi
Contoh permainan sensimotor dan fungsi antara lain: bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2- Bermain peran atau simbolis (makro dan mikro)
Contoh bermain peran atau simbolis makro antara lain: bermain Dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter seperti alat dokter sesungguhnya, sedangkan permainan peran simbolis mikro antara lain: bermain boneka Barbie.
3- Pembangunan (Zat cair sampai kerangka)
jenis bermain yang ketiga adalah bermain pembangunan dari zat cair hingga kerangka, permainan zat cair antara lain bermain takar air, kocok sabun, finger painting,hingga bermain dengan balok.
Perlu diketahui disamping pendidikan anak usia dini yang sudah penulis sebutkan diatas masih banyak lagi program pendidikan pra sekolah yang lain yang sengaja penulis tuliskan sebagai pelengkap dari makalah ini.
E- Beberapa Alternatif Program Pendidikan Anak Usia Dini
Perkembangan pendidikan Prasekolah tidak hanya terjadi di negara yang telah maju saja, tetapi juga dinegara yang sedang membangun. Berbagai macam layanan pendidikan prasekolah (anak usia dini) ditemukan disekitar kehidupan kita, baik yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta, baik yang langsung menjangkau anak didik atau melalui pemberian pelatihan kepada para ibu atau sekaligus yang menjangkau anak dan ibunya. Hal tersebut membuktikan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini atau anak Prasekolah.
Pelayanan pendidikan untuk anak prasekolah sangat bervariasi programnya, Yaitu:
Day Care/ Tempat penitipan anak (TPA)
Pusat pengembangan anak yang terintegrasi
Pusat kesehatan atau Gizi
Pendidikan ibu dengan anak prasekolah
Program melalui media massa
Program dari anak untuk anak
Head Start (di amerika)
Kindergarten (Taman kanak-kanak).
1- Day Care/ Tempat penitipan anak (TPA)
Day Care adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. Day Care merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak anak diluar rumah mereka selama beberapa jam adalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini pengertian Day Care hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai penggganti asuhan orang tua (perserikatan Bangsa-bangsa, 1990).
Sarana penitipan anak ini biasanya dirancang khusus baik program, staf maupun pengadaan alat-alatnya tujuan sarana ini untuk membantu dalam hal pengasuhan anak-anak yang ibunya bekerja,semula sarana penitipan anak diperuntukkan bagi ibu-ibu dari kalangan keluarga yang kurang beruntung, sedangkan cara ini sekarang lebih banyak diminati oleh keluarga tingkat menengah dan keatas yang umumnya kedua orang tuanya bekerja.
Pada kenyataanya dari lapangan ada beberapa alasan dari para ibu yang menyerahkan anaknya kepada TPA, antara lain:
* Kebutuhan untuk melepaskan diri sejenak dari tanggung jawab dalam hal mengasuh anak secara rutin
* Keinginan untuk menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan teman seusianya dan tokoh pengasuh lain
* Agar anak mendapat stimulasi kognitif secara baik
* agar anak mendapat pengasuhan pengganti sementara ibu bekerja.
2- Pusat pengembangan anak yang terintegrasi
Pusat ini biasanya memberikan berbagai pelayanan yang dibutuhkan anak dengan cara mengkombinasikan sarana pendidikan prasekolah dengan pemberian gizi, kesehatan, dan kadang kadang dengan sarana lain dalam pusat tersebut. Dari berbagai kepustakaan ditemukan berbagai Variasi bentuk sarana seperti tersebut dari negara antara lain: Columbia, India, Brazilia dll.
Dampak dari program ini ialah menekan angka kematian bayi, kekurangan gizi yang berat dll. Di Indonesia dikenal pula pelayanan yang terintegrasi dengan baik seperti di Columbia, India Maupun di Brazilia pelayanan tersebut dikenal dengan POSYANDU ( pos pelayanan terpadu). Sarana yang diberikan dipos tersebut selain makanan bergizi, imunisasi, penimbangan, pemeriksaan kesehatan termasuk keluarga berencana, di beberapa tempat ada kegiatan stimulasi mental.
3- Pusat Kesehatan atau Gizi
Bentuk lain dari pelayanan untuk balita adalah pelayanan yang menekankan pada kesehatan, pelayanan ini meliputi kesehatan ibu yang mengandung atau kesehatan janin, yang berarti perkembangan anak sejak ada dalam kandungan. Dalam pelayanan ini kesehatan ibu khususnya wanita menjadi tujuan utama. Para ibu hamil mendapat perhatian melalui pemeriksaan berkala, khususnya pada tiga bulan terakhir.
Di Jamaika dikembangkan suatu pusat Gizi, kegiatanya adalah meningkatkan gizi anak dan memperbaiki hubungan orang tua/ ibu-anak. Hasilnya berat badan mereka cepat naik dan juga kecerdasan mereka. Ternyata kenaikan kondisi anak lebih cepat ketika diadakan kunjungan rumah oleh penyuluh.
4- Pendidikan Ibu dengan Anak Prasekolah
Walaupun sarana ini sebenarnya akan menjangkau anak prasekolah tetapi orang tua khususnya ibu sebagai subjek perantaranya. Para ibu yang memiliki anak balita mendapat penyuluhan sehingga pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam mengasuh anak akan meningkat. Umumnya sarana pendidikan ini diselenggarakan oleh masyarakat dari negara yang sedang berkembang atau pendidikan yang diberikan kepada kaum minoritas atau mereka yang kurang beruntung.
Penyelenggaraan sarana pendidikan tersebut menganut prinsip pendidikan orang dewasa yang biasanya berpendidikan dan status ekonominya kurang menguntungkan. Dengan demikian bahan pelajaran alat Bantu dan metode yang digunakan disesuaikan dengan kondisi ibu atau peserta latihan.
5- Program melalui Media Massa
Sarana media massa sebagai bentuk alternatif bagi para peserta program pendidikan bagi para orang tua mengenai pendidikan anak balita. Pendekatan dengan media massa akan menjangkau peserta melalui media cetak, televisi dan radio.
Dalam kenyataanya dinegara yang sedang berkembang angka buta huruf masih relatif tinggi karena itu melalui gambar-gambar khusus, Pesan-pesan penyuluhan akan mudah untuk disampaikan kepada para peserta program,
6- Program dari Anak untuk Anak
Hampir diseluruh dunia, anak yang lebih muda diasuh oleh kakak mereka disamping orang tua mereka sendiri. Pengasuhan yang dilakukan oleh kakak, biasanya terjadi secara spontan dengan demikian dapat diajarkan pada para saudara yang lebih tua tentang Vaksinasi, gizi, mendorong adik untuk berbicara, mengajak bermain, dan menyuapi adik. Perlu diketahui ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi sang kakak dimasa yang akan datang.
7- Head Start ( Di Amerika )
Dimulai pada tahun 1965 yang dibuka selama 8 minggu dalam musim panas untuk anak yang berasal dari kondisi yang ekonomi dan dan pendidikanya kurang menguntungkan. Tujuan Head Start ini adalah mempersiapkan Anak-anak dalam memasuki sekolah.
8- Kindergarten atau Taman Kanak-kanak
Kindergarten atau TK adalah buah pikiran dari Froebel dari Jerman, walaupun kenyataanya ide Froebel sangat diterima saat ini, tetapi tidaklah demikian pada pertengahan abad ke-18 yang lalu. Hal yag terutama diterima oleh masyarakat saat itu adalah konsep belajar melalui bermain dan berdasarkan minat anak, atau dengan kata lain anak sebagai pusat (Child Centered).sedangkan sekolah di Amerika dan Eropa pada umumnya menitik beratkan pada mata pelajaran dan menekankan pada ketrampilan mengajar.
Kindergarten dari Froebel diperuntukkan bagi Anak-anak yang berusia antara 3 dan 7 tahun. Umumnya orang tua cenderung memasukkan anak-anak yang berusia 5 tahun. Beberapa negara bagian menentukan bila anak akan masuk TK maka harus dites terlebih dahulu, untuk diketahui apakah anak sudah siap masuk sekolah apa belum.
Problematika Pendidikan Anak Usia Dini
Sebagaimana yang telah penulis sebutkan diatas bahwa pendidikan anak usia dini dengan berbagai macam bentuk yang ada baik yang Formal maupun nonformal adalah bentuk dari keingingan agar tumbuh kembang anak akan semakin maju kearah yang lebih baik, akan tetapi realisasi yang terjadi sekarang ini tidaklah demikian, banyak diantara tempat pendidikan anak usia dini yang ada tidak jauh dari sekedar tempat penitipan anak karena orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai waktu untuk mendidik anak-anak mereka. perlu diketahui anak bukanlah manusia dewasa mini yang dapat menerima dan menalar segala macam ilmu, waktu mereka semestinya mereka gunakan untuk bermain dengan teman sebaya mereka, sehingga pemaksaan pembelajaran pada anak usia dini terhadap ilmu-ilmu yang mestinya belum waktunya untuk mereka pelajari akan malah menghambat perkembangan jiwa mereka, walaupun kelihatanya banyak diantara orang tua yang suka kalau anak mereka bisa segala macam ilmu ketika berada di Paud. dan jikalau memang tempat pendidikan anak usia dini merupakan tempat pengembangan potensi anak, maka anak-anak orang kayalah yang dapat mengenyamnya karena fakta-fakta yang ada tempat pendidikan anak Usia dini (PAUD) biayanya sangat mahal dan rata-rata tidak dapat dijangkau oleh kalangan bawah.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan akhir dapat dijelaskan bahwa Pendidikan anak Usia Dini adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk menciptakan suatu intreraksi yang edukatif pada anak usia dini yang berusia 0-8 tahun serta memberikan kemungkinan berkembangnya berbagai potensi kearah yang lebih optimal. Interaksi edukatif yang diciptakan dirancang dengan menggunakan program yang terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk membantu tumbuh kembang potensi anak secara optimal. Melalui berbagai interaksi edukatif tersebut diharapkan segala potensi tersembunyi yang dimiliki anak akan teraktualisasi dan menunjukkan perkembangan/ perubahan kearah yang lebih maju atau Progresif.
Alternatif dari pendidikan anak usia dini atau prasekolah sangat bervariasi dan bermacam-macam.
pentingnya pendidikan bagi anak usia dini adalah menciptakan interaksi edukatif yang diarahkan bagi perkembangan optimal seluruh potensi yang dimiliki anak dan tanpa mengeksploitasi mereka karena sekali lagi anak bukanlah manusia dewasa mini, Wallahu Alam bil Assawab.
DAFTAR PUSTAKA
Borden Marian Edelman, Smart Start The Parent Complette Guide to Preeschool Education (Panduan lengkap memilih pendidikan Prasekolah Balita anda) ter. Ary nilandari, ( Kaifa : Bandung 2001 ).
Depdiknas. Rancangan Naskah Akademik PGTK,(Jakarta: Tim Pengembang Kurikulum D2 PGTK,2002.)
Gordon Dryden Jennette Vos, The Learning Revolution, (USA: Torrance,CA,1999.)
George E. Forman dan David S. Kuschner,The Child Contruction Of Knowledge Piaget for Teaching Children, (Washington DC: NAEYC,1993.)
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak (terjemahan), Jakarta: Erlangga,1993.
Napitupulu W.P. Universitas Yang Kudamba, (Jakarta : Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO, 2001.)
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003.)
Sujiono, Bambang. Optimalisasi Potensi bawaan (Diktat Perkuliahan), (Jakarta: FIK Universitas Negeri Jakarta,2002.)
Nuriani,Yuliani dan Bambang Sujiono. Aplikasi Teknologi Pendidikan Pada Anak Usia Dini Dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, )